Kondisi dan Keadaan Indonesia Pasca atU Sesudah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945
1. Keadaan Politik
Pasca proklamasi kemerdekaan, para tokoh – tokoh
Indonesia berusaha untuk membenahi tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Seperti yang kita ketahui suatu negara yang baru merdeka pastinya memerlukan
suatu dasar negara dan pemempin yang mampu melaknakan dan memimpin
pemerintahan.selain itu juga perlunya membentuk bdan – badan atau lembaga yang
berpungsi membantu pemimpin negara untuk menjalankan tugasnya. Hal ini dapat
kita lihat dalam rapat PPKI pada tangal 18 Agustus 1945 yang hasilnya adalah
mengesahkan Undang- Undang Negara, mengangkat Presiden dan wakil presiden.
Adapun hasil hasil rapat PPKI selanjutnya adalah membentuk alat – alat
perlengkapan negaraseperti membentuk komite nasional, kabinet pertama RI,
d.l.l. pokoknya membahas mengenai hal – hal yang berkaitan dengan politik
Indonesia. Namun keadaan politik Indonesia pada masa ini belum dapat dikatakan
stbil atau baik hal ini dapat dilihat dari seringnya perubahan kabinet dan
masih terdapat penyimpangan – penyimpangan dalam pelaksanaan pemerintahan.
2. 2. Keadaan Ekonomi
Bagi bangsa yang baru merdeka selain bidang politik
yang perlu ditata ada lagi bidang ekonomi yang juga tak luput dari perhatian
para pembesar atau tokoh – tokoh bangsa indonesia. Namun tak mudah dalam hal
ini karena bansa indoneia dihadapkan pada hal yang rumit yaitu mengenai masih
adanya campur tangan dari bangsa kolonial. Adapun beberapa kendala yang
dihadapi oleh bangsa Indonesia dari segi ekonomi pada masa tersebut:
- Masalah menentukan mata uang yang diberlakukan
- Adnya blokade yang dilakukan oleh Belanda terhadap ekspor RI
- Masalah rendahnya penghasilan rakyat sehingga tingkat kemiskinan angat tinggi
Hal – hal di atas merupakan msalah yang dihadapi dan
perlu dipecahkan oleh bangsa Indonesia. Untuk menghadapi masalah di atas bansa
Indonesia mengeluarkan mata uang kertas pertama dan melakukan hubuangan luar
negeri dengan nega – negara maju di dunia.
3. 3. Keadaan Sosial dan Budaya
Bangsa indonesia semasa penjajaha di tempatkan pada
golongan kasta atau tingkatan yang rendah hal itu terjadi semasa penjajahan
Belanda, namun semasa pendudukan jepang bangsa Indonesia di tempatkan pada
kasta teratas, namun status sosial tersebut tidak menjamin kehiduan bangsa
Indonesia menjadi lebih baik malahan semakin buruk keadaan kehidiapan
masyarakatnya.namun semasa pasca kemerdekan diskriminasi rasial dihapuskan dan
semua arga Idonesia memiliki kedudukan,hak dan kewajiban yang sama dalam semua
bidang. Jika di lihat dari keadaan budayaya bangsa Indonesia merupakan Negara
yang kaya akan budaya karena bangsa Indonesia selalu menerima budaya yang
masuk dan tidak lupa untuk menyaring atau menyeleksinya dan
memodipikasinya atau mengabungkanya dengan kebudayaan yang telah ada tanpa
menghilangkan ciri khas dari budaya asli.
4 4. Bidang
Pendidikan
Mengamati
perjalanan sejarah pendidikan Islam pada masa penjajahan Belanda dan Jepang
sungguh menarik dan memiliki proses yang amat panjang. Belanda yang menduduki Indonesia
dengan misi gold, glory dan gospelnya mereka mempengaruhi pemikiran dan
iedeologi dengan doktrin-doktrin Barat. Akan tetapi kita sepatutnya bangga
dengan perjuangan para tokoh Muslim pada masa itu yang berupaya sekuat tenaga
untuk mengajarkan Islam dengan cara mendirikan lembaga - lembaga pendidikan
Islam seperti madrasah, pesantren, majlis taklim dan sebagainya. Dari lembaga inilah
kemudian lahir tokoh-tokoh muslim yang berperan besar dalam mewujudkan
kemerdekaan dan membelarisalah Islam. Materi yang dipelajari menggunakan
referensi dan kitab-kitab kuningberbahasa Arabseperti safinah, Bulughul Marom,
dan sebagainya selain itu ilmu jiwa, ilmu hitung pun dipelajari. Pada saat
itudisamping menuntut ilmu mereka harus berjuang melawan penjajah. Itulah
sekilas tentang pendidikan Islam pada zaman penjajahan Belanda dan
Jepang.Setelah merdeka, bangsa Indonesia merasa mampu menghirup angin segar di
negerinya sendiri karena telah terlepas dari penjajahan. Akan tetapi, sikap,
watak dan mental bangsa yang terjajah akan menjadi kendala tersendiri bagi
perkembangannegara, khususnya pendidikan Islam di Indonesia.
Pendidikan Islam pada masa
Kemerdekaan ini dapat kita bagi menjadi beberapa periode: 1.Pendidikan Islam
Pada Masa Orde Lama
2.Pendidikan Islam Pada Masa Orde
Baru
3.Pendidikan Islam Pada Masa
Reformasi
4.Pendidikan Islam Masa depan
Seiring dengan
perkembangan zaman,persoalan yang dihadapi pun semakin bertambah seperti sistem
pendidikan yang sesuai dengan tujuan, visi dan misi negaraitu. Masuknya
pemikiran-pemikiran barat yang secara tidak langsung meracuni
pemikiran-pemikiran Islam dan berbagai krisis yang melanda negeri ini
menjadibagian dari polemik dunia pendidikan khususnya pendidikan Islam saat ini
5. Historiografi di Indonesia
Penulisan
sejarah pada masa pasca kemerdekaan didominasi oleh penulisan mengenai
peristiwa-peristiwa yang masih hangat waktu itu, yaitu mengenai perjuangan
bangsa Indonesia dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan. Pada masa
ini penulisan sejarah meliputi beberapa peristiwa di Indonesia yang ditulis
oleh orang Indonesia sendiri. Tentu saja objektivitasnya dapat dipertanggung
jawabkan karena menulis sejarah adalah orang yang berada pada saat peristiwa
tersebut terjadi. Sehingga dapat dilihat perkembangan Indonesia-sentris yang
mulai beranjakDan tentu saja hal ini sangat berpengaruh bagi perkembangan
sejarah itu sendiri.
Pada masa ini
penulisan sejarah meliputi beberapa peristiwa penting, misalnya proklamasi
kemerdekaan Indonesia dan pembentukan pemerintahan Republik Indonesia. Kejadian
kejadian sekitar proklamasi kemerdekaan Indonesia yang meliputi sebab-sebab
serta akibatnya bagi bangsa ini merupakan sorotan utama para penulis sejarah.
Fokus penulisan sejarah pada masa ini biasanya mengangkat tentang tokoh-tokoh
pahlawan nasional yang telah berjasa dalam memperjuangkan kemerdekaan dan
tokoh-tokoh politik yang berpengaruh pada masa itu. Bahkan banyak
biografi-biografi tokoh pahlawan nasional yang diterbitkan misalnya saja Teuku
Umar, Pangeran Diponegoro, atau Imam Bonjol. Selain
biografi tentang
pahlawan nasional, banyak juga ditemui tulisan mengenai tokoh pergerakan
nasional seperti Kartini, Kiai Haji Wahid Hayim. Biografi-biografi tersebut
diterbitkan dimungkinkan karena alasan untuk menumbuhkan rasa nasionalisme diantara
kalangan masyarakat. Pada kondisi dimana sebuah Negara baru berdiri,
nasionalisme sangatlah penting mengingat masih betapa rapuhnya sebuah Negara
tersebut seperti bayi yang baru lahir, sangat rentan terhadap penyakit baik
dari dalam maupun dari luar. Dan nasionalisme menjaga keutuhan sebuah Negara
tersebut agar tetap tegar dan tumbuh menjadi sebuah Negara yang makmur
dikemudian hari.
Tetapi pada masa
ini juga terdapat terobosan baru, yaitu munculnya peranan-peranan rakyat kecil
atau wong cilik sebagai pelaku sejarah yang dipelopori oleh Prof. Sartono
Kartodirjo. Semenjak itu khasanah historiografi Indonesia bertambah luas.
Perkembangan
yang terlihat pada penulisan sejarah Indonesia adalah kata-kata
"pemberontakan" yang dahulu sering ditulis oleh para sejarawan Eropa,
kini berganti menjadi "perlawanan" atau "perjuangan". Hal
tersebut logis karena sebagai bangsa yang terjajah tentu saja harus melawan
untuk mendapatkan kemerdekaan dan kebebasan. Histtoriografi pasca kemerdekaan
yang Indonesia-sentris merupakan antitesis dari sejarah Neerlandosentris.
Apabila versi arus utama Belanda mengenai sejarah Hindia-Belanda
mengagung-agungkan pasifikasi dan kemajuan. Sebaliknya, narasi nasionalis
berpusat pada perjuangan untuk mewujudkan negara demokrasi sekuler yang berakar
dalam identitas bersama (dan baru). Sementara, dari sisi hal yang ditekankan
dan struktur, sebenarnya kedua perspektif sejarah itu sebagian besar identik
satu sama lain. Hal yang dilukiskan sebagai keburukan (kejahatan atau fanatik) dalam
narasi Belanda menjadi kepahlawanan dalam versi nasionalis (perjuangan tanpa
pamrih). Namun, fokus utama tetap sama, yakni negara dan pengalaman kolonial (Sutherland,
2008:40). Sebagaimana visi Neerlandosentris, visi Indonesiasentris juga mencari
legitimasi dengan cara menjanjikan pembangunan.
Wujud sejarah
Indonesiasentris dalam sejarah Indonesia bermetamorfosis menjadi Sejarah
Nasional. Sejarah nasional menggunakan dekolonisasi sebagai prinsip dasar dari
Indonesiasentrisme untuk membangun wacana sekaligus perspektif yang menjadikan historiografi
sekedar sebagai alat penghujat dan menggunakan masa lalu sebagai tameng pembenaran
(Purwanto, 2006). Segala yang berbau kolonial adalah salah, dan segala yang
bercitarasa nasional adalah kebenaran.
0 komentar:
Posting Komentar